Kata Mutiara 5

Hidup itu penuh masalah jangan kau tambah masalah tapi carilah solusi bukan lari

Kata Mutiara 1

Menebar Manfaat Untuk Umat

Kata Mutiara 2

Bila Tak Mampu Melakukan Kebaikan Jangan Lakukan Keburukan

Kata Mutiara 3

Biarkan Orang berkata apa, tapi dirimu tetap dalam kebaikan

Kata Mutiara 4

Tidaklah ujian itu mendatangimu melainkan kebaikan mengikuti dibelakannya bila kau bersabar

Minggu, 31 Juli 2011

Rihlah Relawan RMZ Batam 2011

Jumat, 29 Juli 2011

Pengertian, Syarat dan Rukun Puasa

Apa itu Puasa?
Puasa ialah menahan diri dari makan dan minum serta melakukan perkara-perkara yang boleh membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sehingga terbenamnya matahari.
Hukum Puasa
Hukum puasa terbahagi kepada tiga iaitu :
  • Wajib – Puasa pada bulan Ramadhan.
  • Sunat – Puasa pada hari-hari tertentu.
  • Haram – Puasa pada hari-hari yang dilarang berpuasa.
Syarat Wajib Puasa
  • Beragama Islam
  • Baligh (telah mencapai umur dewasa)
  • Berakal
  • Berupaya untuk mengerjakannya.
  • Sihat
  • Tidak musafir
Rukun Puasa
  • Niat mengerjakan puasa pada tiap-tiap malam di bulan Ramadhan(puasa wajib) atau hari yang hendak berpuasa (puasa sunat). Waktu berniat adalah mulai daripada terbenamnya matahari sehingga terbit fajar.
  • Meninggalkan sesuatu yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sehingga masuk matahari.
Syarat Sah Puasa
  • Beragama Islam
  • Berakal
  • Tidak dalam haid, nifas dan wiladah (melahirkan anak) bagi kaum wanita
  • Hari yang sah berpuasa.
Sunat Berpuasa
  • Bersahur walaupun sedikit makanan atau minuman
  • Melambatkan bersahur
  • Meninggalkan perkataan atau perbuatan keji
  • Segera berbuka setelah masuknya waktu berbuka
  • Mendahulukan berbuka daripada sembahyang Maghrib
  • Berbuka dengan buah tamar, jika tidak ada dengan air
  • Membaca doa berbuka puasa
Perkara Makruh Ketika Berpuasa
  • Selalu berkumur-kumur
  • Merasa makanan dengan lidah
  • Berbekam kecuali perlu
  • Mengulum sesuatu
Hal yang membatalkan Puasa
  • Memasukkan sesuatu ke dalam rongga badan
  • Muntah dengan sengaja
  • Bersetubuh atau mengeluarkan mani dengan sengaja
  • kedatangan haid atau nifas
  • Melahirkan anak atau keguguran
  • Gila walaupun sekejap
  • Mabuk ataupun pengsan sepanjang hari
  • Murtad atau keluar daripada agama Islam
Hari yang Disunatkan Berpuasa
  • Hari Senin dan Kamis
  • Hari putih (setiap 13, 14, dan 15 hari dalam bulan Islam)
  • Hari Arafah (9 Zulhijjah) bagi orang yang tidak mengerjakan haji
  • Enam hari dalam bulan Syawal
Hari yang diharamkan Berpuasa
  • Hari raya Idul Fitri (1 Syawal)
  • Hari raya Idul Adha (10 Zulhijjah)
  • Hari syak (29 Syaaban)
  • Hari Tasrik (11, 12, dan 13 Zulhijjah)

Ucapan IKATAN REMAJA CINTA ISLAM ( IRCI )

Asslmualaikm Warahmatullahi Wabarakatuhu
Segenap Pengurus dan Keluarga besar IKATAN REMAJA CINTA ISLAM ( IRCI ) mengucapkan
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA DI BULAN SUCI RAMADHAN 1432 H
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN....SEMOGA AMAL IBADAH KITA DIBULAN INI DISEMPURNAKAN DAN BERLIPAT GANDA...DAN JUGA KAMI BERHARAP SEMOGA AMAL IBADAH KITA TAHUN INI LEBIH BAIK DARI TAHUN KEMARIN......
Taqabalallahu minni Wa minkum......

Kamis, 28 Juli 2011

NASIHAT UNTUK PARA SALIKIN (PENCARI KEBENARAN) part 4 of 6


Imam Al Gazali
Makna Seorang Syekh atau Mursyid
Makna mendidik bagi seorang mursyid menyerupai pekerjaan seorang petani, yaitu sama dalam kemampuan mencabut duri dan rerumputan, kemudian mengeluarkan tanam-tanaman sampingan di sekitarnya yang sekiranya mengganggu tanaman pokok, sehingga tanaman yang dipelihara menjadi baik dan buahnya sempurna. Seorang syekh atau mursyid terhadap salik atau muridnya harus mampu menunjukkan dan mengantarkannya kejalan Allah, karena Allah telah mengutus seorang Rasul (utusan) kepada hamba-hambaNya agar menunjukkan mereka ke jalan Allah. Ketika Rasulullah saw. wafat, kedudukannya sebagai guru dan penuntun umat digantikan oleh para khalifahnya yang terpilih. Para khalifah ini mendidik dan mengantarkan umat kejalan Allah. Dengan demikian, para khalifah Rasul juga mempunyai peran sebagai guru, mursyid, syekh atau pendidik.
Syarat Seorang Syekh atau Mursyid
Syarat seorang syekh atau mursyid yang layak menjadi pengganti Rasulullah saw. haruslah orang yang alim. Akan tetapi, tidak setiap orang yang alim patut menduduki jabatan khalifah atau pengganti Rasulullah. Di bawah ini akan dijelaskan sebagian tanda orang alim yang pantas menjadi mursyid, agar tidak setiap orang yang alim mengaku-ngaku mursyid.
  • dia tidak mencintai dunia, jabatan dan kehormatan;
  • diapun telah dididik ditangan mursyid juga. Ia mengikuti mursyid yang memiliki penglihatan batin dan mursyidnya bersambung ke mursyid-mursyid sebelumnya hingga mata rantainya sampai kepada Rasulullah saw.;
  • dia senantiasa melatih jiwanya dan menjalankan riyadlah dengan sedikit makan, minum, bicara dan tidur
  • dia banyak melakukan shalat sunnah, sedekah dan puasa;
  • dia dikenal memiliki akhlak yang terpuji berupa sabar, tekun, syukur, tawakkal, yakin, berjiwa tenang (tumaninah), qana'ah, dermawan, tawadu', rendah hati, alim, jujur, punya rasa malu, tepat janji, wibawa, lembut dan tenang,
  • dia disucikan dari akhlak tercela seperti takabur, kikir, hasad, dengki, tamak, panjang angan-angan, gegabah dan sebagainya
  • dia harus terhindar dari fanatisme dan perasaan tak butuh ilmu dari yang lain karena merasa cukup dengan ilmunya sendiri (istagna)
maka ia adalah cahaya dari pancaran cahaya-cahaya Rasulullah saw. Orang yang seperti ini layak diikuti dan dijadikan mursyid. Akan tetapi, untuk menemukan yang seperti ini sangat sulit dan memang jarang. Sebab, banyak orang yang mengaku mursyid, tetapi pada dasarnya dia hanya mengajak manusia kepada permainan dan perbuatan yang tak berguna. Bahkan, ada atheis yang mengaku sebagi mursyid dengan menyimpang dari syari'ah.
Karena banyaknya orang yang mengaku mursyid, para mursyid yang sesungguhnya menjadi tersembunyi. Dengan beberapa hal yang telah kusebutkan, akan diketahui mursyid yang hakiki, yaitu yang tak menyimpang dari hal di atas. Tetapi jika menyimpang dari hal di atas, maka dia hanya orang yang mengaku sebagai mursyid.
Di antara kebahagiaan yang paling bahagia adalah menemukan mursyid atau syekh seperti yang yang tanda-tandanya kami sebutkan di muka, dan terlebih jika dia menerima sebagai muridnya. Jika sudah menemukannya, maka murid wajib memuliakannya secara zahir dan batin.
Memuliakan Mursyid Secara Zahir dan Batin
Menghormati mursyid secara zahir di antara bentuknya adalah tidak mendebatnya dan tidak mengajaknya adu argumen dalam setiap masalah, walaupun ia menemukan mursyidnya bersalah. Di samping itu, ia tidak menginjak sajadah mursyidnya dan tidak duduk dikarpetnya kecuali di saat menunaikan shalat berjamaah dengannya, dan jika selesai shalat, sajadah dan karpetnya diangkat. Ia juga tidak banyak melakukan shalat sunnah ketika mursyidnya sedang hadir dan siap melaksanakan perintahnya dengan sekuat tenaga dan kesempatan.yang dimilikinya.
Adapun menghormati mursyid secara batin adalah tidak munafik kepadanya. Setiap apa yang didengar dari mursyidnya, lalu diterimanya sebagai nasihat dan petunjuk secara zahir, maka batinnya tidak boleh mengingkarinya, baik secara ucapan maupun tindakan, agar ia tidak disifati munafik. Jika tidak mampu meninggalkan teman yang bisa mencocokkan batin dan zahir, ucapan dan perbuatan, maka jagalah dirimu dari berkawan dengan orang-orang yang berakhlak jelek, supaya ruang gerak setan dari bangsa jin dan manusia terbatas, sehingga batinmu tetap jernih dan tidak terkotori oleh bisikan setan. Dalam setiap keadaan, pilihlah kefakiran daripada kaya.
Dua Karakter Utama Tasawuf
Kemudian, ketahuilah, bahwa tasawuf memiliki dua karakter utama, yaitu istiqamah dan diam (tidak terpengaruh oleh ulah makhluk).
Barangsiapa beristiqamah, tetap dalam kebaikan, berakhlak baik kepada semua manusia, dan mempergauli mereka dengan sikap asih dan dermawan, maka ia adalah seorang sufi. Istiqamah adalah menebus bagian dirinya untuk dirinya. Di antara tanda akhlak yang baik adalah tidak mengajak manusia untuk mengikuti kehendak dirinya sendiri, tetapi mengajak dirimu kepada kehendak orang banyak, selama kehendak mereka tidak menentang syari'at. Artinya, tidak egois terhadap kebenaran dirinya sendiri, tetapi menuruti kebenaran umum yang sesuai dengan syara'.
Makna Ibadah
Engkau juga menanyakan kepada saya persoalan ibadah. Ketahuilah, ibadah ada tiga macam.
  • Pertama, menjaga (memahami dan mengamalkan secara istiqamah) syari'at.
  • Kedua, ridla terhadap semua qadla', qadar dan pembagian Allah.
  • Ketiga, meninggalkan ridla terhadap dirinya sendiri dalam rangka mencari ridla Allah.
Makna Tawakal
Engkau pun bertanya kepada saya tentang tawakkal. Ketahuilah, tawakkal adalah keteguhan keyakinanmu terhadap Allah atas apa yang dijanjikanNya. Artinya, kau yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa apa yang telah ditakdirkan atau digariskan atau dinasibkan kepadamu pasti akan sampai kepadamu, walaupun semua orang di dunia berusaha mencegah dan mengalihkannya darimu. Sebaliknya, apapun yang tidak dipastikan atau dicatatkan untukmu juga tidak akan sampai kepadamu, sekalipun seluruh penduduk alam menolongmu menuju kesana.
Makna Ikhlas
Engkau juga bertanya kepadaku tentang ikhlas. Ketahuilah, ikhlas adalah seluruh amalmu yang kau peruntukkan kepada Allah semata. Hatimu tidak terpengaruh oleh pujian manusia dan kau tidak mempedulikan cercaan mereka. Ketahuilah, ria' lahir karena mengagung-agungkan makhluk. Cara untuk menghilangkan ria' adalah dengan memandang mereka tidak berarti, tidak punya kuasa, dan tunduk di bawah kekuasaan Allah. Kau memandang mereka seperti benda-benda tidak bernyawa yang tidak mempunyai kuasa dan kemampuan mendatangkan kesenangan dan kesengsaraan, sehingga kau berhasil membersihkan hatimu dari penglihatan mereka. Selama engkau masih memiliki pandangan bahwa makhluk mempunyai kuasa dan kekuatan serta kehendak, maka ria' tidak akan terjauhkan darimu.
Wahai Anakku, sisa dari permasalahanmu sebagian sudah terjawab dalam beberapa kitab susunan saya, maka carilah sendiri. engkau kerjakan semampumu atas apa yang telah kau ketahui agar apa yang belum engkau ketahui disingkapkan oleh Allah.
Wahai Anakku, setelah ini, janganlah engkau bertanya kepada saya tentang sesuatu yang akan semakin memberatkanmu kecuali engkau bertanya dengan lidah hati. Allah swt. berfirman: "Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai engkau keluar menemui mereka, sesungguhnya itu adalah lebih baik bagi mereka." (QS. Al Hujurat: 5).
Terimalah nasihat Nabi Khidir as ketika berkata: "Janganlah engkau menanyakan kepada saya tentang suatu apapun sampai saya sendiri menerangkannya kepadamu." (QS. Al Kahfi: 70).
Jangan pula engkau terburu-buru bertanya hingga jawaban itu sampai kepadamu atau disingkapkan kepadamu suatu rahasia dan engkau melihatnya: "Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda azabKu. Maka janganlah engkau minta kepadaKu mendatangkannya dengan segera." (qs. Al Anbiya': 37).
Janganlah engkau bertanya kepadaku sebelum waktunya. Yakinlah bahwa engkau tidak akan sampai kecuali dengan berjalan menempuhnya, karena Allah berfirman: "Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan." (QS. Al Rum: 9).
Wahai Anakku, jika engkau berjalan dengan Allah, engkau akan melihat banyak keajaiban di setiap tempat yang engkau singgahi. Persembahkan ruhmu, karena modal utama perjalanan ini adalah keberanian mempersembahkan ruh, sebagai mana yang dikatakan Dzu Al Nun Al Mishr kepada salah seorang muridnya, "Jika engkau mampu mempersembahkan ruh, maka berangkatlah. Jika tidak mampu, maka jangan sekali-kali menyibukkan diri dengan laku sufi."

Sumber : http://raudhatussunnah.blogspot.com/2011/03/nasihat-untuk-para-salikin-pencari_29.html

 

NASIHAT UNTUK PARA SALIKIN (PENCARI KEBENARAN) part 3 of 6


Imam Al Gazali
Hal yang Wajib Bagi Murid yang Menempuh Jalan al Haq
Wahai Anakku, sebagian pertanyaanmu sudah terjawab. Sebagian yang lain jawabannya telah kami sebutkan dalam kitab Ihya' dan beberapa kitab yang lain. Sampai di sini, ingat-ingatlah penjelasan tersebut. Sekarang kami akan memulainya lagi. Kami katakan bahwa seorang perambah kebenaran yang sedang menuju Tuhan, wajib menempuh beberapa langkah.
Pertama, memiliki keyakinan yang benar dan tidak mengandung bid'ah.
Kedua, tobat nashuha atau tobat yang benar dan setelahnya tidak kembali lagi melakukan kesalahan.
Ketiga, minta kerelaan atau keikhlasan orang yang pernah dianiaya atau disakiti sehingga tidak ada lagi orang yang menuntut haknya kepadamu.
Keempat, menguasai ilmu syari'at yang cukup mengantarkanmu untuk melaksanakan perintah-perintah Allah, kemudian ilmu-ilmu akhirat yang lain yang akan menyelamatkanmu dari murka Allah.
Dikisahkan bahwa Al Syibii pernah berguru, melayani dan menemani 400 guru. Kemudian ia berkata. "Saya telah membaca 4.000 hadis. kemudian saya memilih satu hadis dan mengamalkannya, sedangkan sisanya saya kesampingkan, karena saya telah merenungkannya masak-masak, lalu saya menemukan keselamatanku dalam pengamalan satu hadis itu. Ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang yang datang kemudian, seluruhnya terangkum dalam satu hadis itu, maka saya mencukupkan dengannya. Demikian itu saya lakukan karena Rasulullah saw. berkata kepada sebagian sahabatnya: "Beramallah untuk duniamu sesuai dengan kadar maqammu (kedudukan). Beramallah untuk akhiratmu sesuai dengan kadar keabadianmu di dalamnya. Beramallah untuk Allah sesuai dengan kebutuhanmu kepadaNya. Beramallah untuk neraka sesuai dengan kadar kesabaranmu (ketahananmu) untuk menghadapinva."
Wahai Anakku, jika engkau mengetahui hadis ini. maka kau tidak memerlukan lagi ilmu yang banyak.
Renungkanlah hikayat lain, yaitu tentang Hatim Al Ashammi. Ia telah mengabdi dan berguru kepada Syaqiq Al Balkhiy. Suatu hari, gurunya bertanya, "Kau telah menemaniku semenjak, 30 tahun silam. Apa yang engkau peroleh selama itu?" "Saya mendapatkan delapan faidah dari ilmu yang engkau ajarkan," jawah Hatim. "Kedelapannya sudah mencukupi saya karena saya hanya mengharapkan keselamatan dengannya," lanjut Hatim. "Apa saja itu," tanya Syaqiq. Hatim kemudian menjelaskannya sebagaimana berikut :
·         Faidah yang pertama, saya memperhatikan manusia, lalu saya melihat setiap orang memiliki kekasih yang selalu dicintai dan dirindukan. Sebagian orang mempunyai kekasih yang kekasihnya itu menemaninya hingga ia sakit sampai membawanya pada kematian. Sebagian lagi menemaninya sampai ke liang lahat, kemudian kekasihnya itu meninggalkannya sendirian. la tidak mau ikut masuk ke dalam kubur. Tidak satu pun kekasih vang selama di dunia dikasihaninva bersedia menemaninya masuk ke liang lahat. Saya pun berpikir dan akhirnya berkata, "Kekasih yang paling utama adalah kekasih yang dengan setia menemani kekasihnya hingga ke liang lahat dan menghiburnya di dalam kuburannya. Saya tidak menemukan kekasih seperti ini selain amal shalih. Karena itu, saya mengambilnya jadi kekasih agar ia menjadi lampu saya di kuburan, menemani saya dengan setia dan tidak meninggalkan saya sendirian."
·         Faidah kedua, saya melihat manusia menuruti hawa nafsu mereka dan bersegera memenuhi kehendak nafsu, lalu saya ingat firman Allah: "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya." (Q.S. An Nazi'at: 10-11). Saya yakin bahwa Al Quran benar, maka saya bersegera menentang hawa nafsu saya. menyingsingkan lengan untuk memerangi keinginannya dan kenikmatan dunia yang dicita-citakannya, sampai saya benar-benar ridla mentaati Allah.
·         Faidah ketiga, saya melihat setiap manusia berusaha mendapatkan dunia dan mengumpulkan serpih-serpihannya, kemudian menahan dan menyimpannya. Lalu saya berpikir dan ingat firman Allah: "Apa yang di sisimu akan lenyap dan apa yang di sisi Allah adalah kekal." (QS. an-Nahl: 96). Sejak itu, kenikmatan dunia yang saya peroleh saya gunakan untuk mencari ridla Allah. Harta benda yang saya miliki saya bagi-bagikan kepada kaum fakir-miskin agar menjadi simpanan saya di sisi Allah.
·         Faidah keempat, saya melihat manusia menduga bahwa kemuliaan dan kejayaan terletak pada banyaknya pengikut, keluarga yang kuat kuat dan keturunan, lalu mereka tertipu dengan apa yang dibangga-banggakan. Sebagian orang merasa yakin bahwa harta dan keturunan yang banyak adalah sumber kemuliaan, lalu mereka memilih dan membangga-banggakannya. Ada pula yang menduga bahwa kemuliaan dan kejayaan terletak pada keberhasilan merampas harta orang-orang, menganiaya dan menumpahkan darah mereka. Juga ada sekelompok orang yang yakin bahwa merusak harta atau menghabiskannya dan menghambur-hamhurkannya adalah tanda kemuliaan, lalu saya berpikir dan ingat firman Allah: "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu." (Qs. Al Hujurat: 13). Maka saya memilih ketaqwaan dan saya yakin bahwa Al Quran adalah benar, sedangkan dugaan mereka semua adalah salah.
·         Faidah kelima, saya melihat manusia saling mencela dan menggunjing. Saya pun sadar bahwa semua itu disebabkan oleh hasud yang bersumber pada masalah harta, kehormatan dan ilmu. Saya akhirnya berpikir dan ingat firman Allah: "Kami telah menentukan diantara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia."(QS.Az-Zukhruf:32). Saya pun sadar bahwa pembagian dari Allah yang sudah ditetapkan sejak zaman Azali, maka saya tidak hasud kepada siapapun dan ridla atas pembagian Allah.
·         Faidah keenam, saya melihat manusia saling memusuhi, mengumpat dan mencela, lalu saya merenung dan ingat firman Allah: "Sesungguhnya setan adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuh[mu]." (QS. Fathir: 6). Saya pun mengetahui bahwa tidak ada yang boleh dijadikan musuh selain setan.
·         Faidah ketujuh, saya melihat setiap orang berusaha, mencari dan berjuang dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh makanan dan kehidupan yang mapan, lalu ia terjatuh keperbuatan atau barang yang syubhat dan haram, merendahkan jiwanya dan mengurangi derajat kemanusiaannya. Saya pun berpikir dan menemukan firman Allah: "Dan tidak ada binatang yang melata di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya." (QS. Hud: 6). Saya pun tahu bahwa rezeki saya ditanggung Allah. Saya pun pasrah dan sibuk beribadah kepadaNya serta memangkas ambisiku kepada selainNya.
·         Faidah kedelapan, saya melihat hampir setiap orang menyandarkan hidupnya pada sesuatu yang dimiliki makhluk. Sebagian menyandarkannya kepada dinar dan dirham. Sebagian lagi kepada harta dan kekuasaan. Sebagian kepada jabatan dan perusahaan, dan sebagian yang lain kepada sesama makhluk. Lalu saya berpikir dan menemukan firman Allah: "Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan [keperluan]nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan [yang dikehendaki]Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (qs. Al Thalaq: 3). Setelah itu, saya pasrah total kepada Allah, karena hanya Dia yang mencukupiku dan sebaik-baik Wakilku (penolong).
Setelah mendengar penuturan Hatim dengan delapan kesimpulannya itu, Syaqiq berkata, "Semoga Allah senantiasa memberimu taufiq. Saya pernah mempelajari Taurat, Injil, Zabur dan Al Quran, dan saya menemukan isi dari keempat kitab ini berputar sekitar delapan faidah itu. Barangsiapa mengamalkannya, berarti ia telah memahami keempat Kitab Suci ini."
Wahai Anakku, dari dua hikayat ini saya tahu bahwa engkau tidak butuh banyak ilmu. Sekarang saya akan menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh seorang salik atau perambah jalan sufi atau jalan spiritual menuju Allah.
Kelima, ketahuilah, seorang salik atau murid sufi harus mempunyai maha guru spiritual atau mursyid yang mampu mendidik muridnya untuk menghilangkan akhlak jeleknya dari dirinya, kemudian menjadikannya orang yang berakhlak baik dan mulia.

Sumber : http://raudhatussunnah.blogspot.com/2011/03/nasihat-untuk-para-salikin-pencari_6710.html