Kata Mutiara 5

Hidup itu penuh masalah jangan kau tambah masalah tapi carilah solusi bukan lari

Kata Mutiara 1

Menebar Manfaat Untuk Umat

Kata Mutiara 2

Bila Tak Mampu Melakukan Kebaikan Jangan Lakukan Keburukan

Kata Mutiara 3

Biarkan Orang berkata apa, tapi dirimu tetap dalam kebaikan

Kata Mutiara 4

Tidaklah ujian itu mendatangimu melainkan kebaikan mengikuti dibelakannya bila kau bersabar

Senin, 09 Mei 2011

Masalah Al-Akdariyah


الأكدريّة
Masalah Al-Akdariyah

Dalam pembahasan tentang kewarisan kakek bersama saudara, terdapat satu pengecualian untuk satu masalah. Masalah ini terjadi ketika ada seseorang yang wafat dengan meninggalkan suami, ibu, kakek, dan seorang saudara perempuan (kandung atau sebapak). Masalah ini dalam ilmu faraidh dikenal dengan nama Masalah Al-Akdariyah. Istilah al-akdariyah ini muncul karena masalah ini berkaitan dengan salah seorang wanita dari Bani Akdar. Sedangkan sebagian ulama mengatakan bahwa penyebutan masalah ini dengan istilah al-akdariyah, yang artinya “kotor” atau “mengotori”, disebabkan masalah ini dianggap mengotori madzhab Zaid bin Tsabit RA (sosok sahabat yang telah dipuji Rasulullah SAW akan kemahirannya dalam ilmu faraidh). Hal ini karena beliau memvonis masalah waris ini dengan melakukan sesuatu yang bertentangan (menyimpang) dari kaidah-kaidah faraidh yang masyhur.
Jika masalah ini diselesaikan dengan mengikuti kaidah biasa dalam ilmu faraidh, maka penyelesaiannya dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1 Penyelesaian Masalah Al-Akdariyah dengan Cara Biasa
Ahli Waris
Fardh
Saham
Bagian setelah 'aul menjadi 9
Suami
1/2
1/2x6=3
3/9
Ibu
1/3
1/3x6=2
2/9
Saudara pr
1/2
1/2x6=3
3/9
Kakek
1/6
1/6x6=1
1/9
Dengan pembagian seperti cara dalam Tabel 1, ternyata bagian yang diterima saudara perempuan (yaitu 3/9 bagian) tiga kali lebih banyak daripada bagian yanga diterima kakek (yaitu 1/9). Karena adanya kejanggalan bahwa kakek sebagai ahli waris laki-laki menerima lebih kecil daripda saudara peremmpuan sebagai ahli waris perempuan, maka timbullah beberapa pendapat di antara para ahli faraidh.





a) Pendapat Abu Bakar Ash-Shiddiq RA
Menurut Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, yang belakangan menjadi pendapat Imam Abu Hanifah, saudara perempuan terhalang (mahjub) dari mendapat warisan karena adanya kakek, sehingga pembagiannya adalah seperti pada Tabel 2
Tabel 2 Penyelesaian Masalah Al-Akdariyah menurut Abu Bakar Ash-Shiddiq RA
Ahli Waris
Bagian
Suami
1/2=3/6
Ibu
1/3=2/6
Saudara pr
-
Kakek
1/6

b) Pendapat Umar bin Khattab RA dan Ibnu Mas’ud RA
Berdasarkan pendapat Umar dan Ibnu Mas’ud RA, ibu hanya diberi bagian sebesar 1/6, bukan 1/3, untuk menghindari agar jangan sampai bagian ibu lebih besar daripada bagian kakek. Dengan demikian, pembagiannya dapat dilihat secara rinci pada Tabel 3.
Tabel 3 Penyelesaian Masalah Al-Akdariyah menurut Umar dan Ibnu Mas'ud RA
Ahli Waris
Fardh
Saham
Bagian setelah 'aul menjadi 8
Suami
1/2
1/2x6=3
3/8
Ibu
1/6
1/6x6=1
1/8
Saudara pr
1/2
1/2x6=3
3/8
Kakek
1/6
1/6x6=1
1/8









c) Pendapat Zaid bin Tsabit RA
Menurut Zaid RA, penyelesaian untuk masalah ini pertama sekali bagian untuk masing-masing ahli waris adalah seperti dalam Tabel 1. Kemudian bagian untuk saudara perempuan dan kakek dikumpulkan sehingga menjadi 3/9 + 1/9 = 4/9. Kemudian nilai 4/9 ini dibagi dua antara mereka, dengan ketentuan muqasamah, yaitu bagian kakek dua kali lipat bagian untuk saudara perempuan. Karena 4 tidak bisa dibagi 3 secara bulat, maka nilai pembagi harus ditashih, yaitu dari 9 dikalikan 3 menjadi 27. Dan semua bagian untuk ahli waris (pembilang dan penyebut) dikalikan 3 sehingga suami mendapat 9/27 dan ibu mendapat 6/27. Adapun bagian saudara perempuan dan kakek yang berjumlah 4/9 setelah ditashhih menjadi 12/27. Nilai 12/27 ini dibagi untuk saudara perempuan dan kakek dengan perbandingan 1:2, sehingga saudara perempuan mendapat 4/27 bagian, dan kakek mendapat 8/27 bagian. Untuk lebih jelasnya, rincian pembagiannya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4 Penyelesaian Masalah Al-Akdariyah menurut Zaid bin Tsabit RA
Ahli Waris
Fardh
Saham
Bagian setelah 'aul menjadi 8
Setelah tashhih: 9x3=27
Suami
1/2
1/2x6=3
3/9
9/27
Ibu
1/3
1/3x6=2
2/9
6/27
Saudara pr
1/2
1/2x6=3
4/9
4/27
Kakek
1/6
1/6x6=1
8/27

Ternyata dalam kasus ini Zaid bin Tsabit RA memvonis dengan menyalahi kaidah yang ada. Beliau memberi saudara sekandung 1/2 bagian, dan menaikkan (meng-‘aul-kan) pembaginya dari 6 menjadi 9. Kemudian beliau menyatukan bagian saudara perempuan dengan bagian kakek, dan membaginya dengan ketentuan bahwa bagian laki-laki dua kali lipat bagian perempuan. Setelah ditashhih, pembaginya menjadi 27, sehingga pembagiannya adalah sebagai berikut: Suami mendapat 9/27, ibu 6/27, kakek 8/27, dan saudara perempuan sekandung 4/27.
Penyelesaian masalah Al-Akdariyah menurut cara yang dilakukan oleh Zaid bin Tsabit RA diikuti oleh kebanyakan ulama madzhab, yaitu madzhab Maliki, Syafii, dan Hambali. Dan penyelesaian menurut cara ini merupakan penyelesaian yang masyhur di kalangan ulama masa kini.
Perlu diingat bahwa masalah Al-Akdariyah hanya ada untuk susunan empat orang ahli waris seperti yang disebutkan di depan, tidak untuk susunan ahli waris yang lain. Ini berarti bahwa, jika susunan ahli waris berubah, maka tidak termasuk masalah Al-Akdariyah lagi.

BEKAL SUKSES ITU ADALAH "PD"

Wardianto,
Masalah krisis kepercayaan diri (krisis
PD) seringkali menjadi salah satu
masalah klasik yang dialami oleh
sebagian orang.


Meski kelihatannya sederhana, namun
jika dibiarkan berlama-lama, krisis PD
bisa jadi bumerang tersendiri. Salah
satunya, potensi yang ada dalam diri
kita akan terhambat.


Sekarang mari kita ulas sejauh mana
pengaruh kepercayaan diri bisa
mempengaruhi keberhasilan seseorang.


Saat menghadiri seminar atau sebuah
pertemuan misalnya, banyak di antara
kita yang lebih nyaman memilih tempat
duduk di belakang ketimbang di depan.
Alasannya kadang sederhana.. "takut
ditanya sama si pembicara". lol

Namun saat seminar sudah dimulai, yang
duduk paling belakang seringkali jadi
tidak begitu kelihatan atau terdengar
dengan baik apa yang dibicarakan oleh
si pembicara karena terhalang oleh
mereka yang duduk di depan!

Pernah merasa seperti itu? :-)

Atau saat kita masih berstatus pelajar,
apakah kita termasuk yang malu-malu
untuk angkat tangan dan memberikan
jawaban yang sebenarnya kita tahu atas
pertanyaan yang ditanyakan guru kita? :-)

Sekarang, mari kita cari tahu apa saja
yang menyebabkan orang suka minder atau
kurang PD! Berikut beberapa alasannya:


1. Sering berpikir yang 'tidak-tidak'
    tentang diri mereka!

"Coba kalau aku tinggi, aku mau dong

jadi model terkenal seperti Luna Maya!
...Tapi sayang, aku nih pendek & item,
gigiku gondrong lagi!!"
** lol, kasihan amet... hehe
Wardianto, jangan pernah memandang 
sebelah mata terhadap diri kita. Semua yg 
kita miliki adalah anugerah Tuhan yang pasti
ada manfaatnya.
Coba baca lagi artikel pertama yang
dulu pernah saya kirimkan dengan judul
"Hargai apa yang kita miliki"
. :-)
2. "Takut Salah" bisa membuat kita
     tidak maju.

Jika kita selalu takut salah dalam
melakukan sesuatu, maka pastinya kita
tidak akan pernah bisa berhasil.

Janganlah Wardianto takut salah! Karena
kesalahan sebenarnya adalah langkah
awal menuju keberhasilan.

Tokoh-tokoh besar dunia yang
penemuannya sekarang kita nikmati,
dulunya mereka banyak melakukan
kesalahan. Namun, mereka terus dan
terus mencoba untuk memperbaiki
kesalahannya hingga tercipta sebuah
penemuan yang besar, seperti lampu
pijar, pesawat terbang, Google :-)

Dan masih banyak lagi yang lain! 
Oleh sebab itu, jangan pernah takut 
salah!


3. Jika kita bergaul dengan pengecut,
    otomatis kita juga akan jadi pengecut

Wardianto, pergaulan bisa mempengaruhi
kepribadian kita. Jika Wardianto berada di
lingkungan yang mayoritas tidak punya
rasa PD tinggi, maka jangan harap Wardianto
bisa PD.

Yakinlah, sedikit banyak, PD kita
sangat dipengaruhi oleh lingkungan
dimana kita berada. Oleh sebab itu,
pandai-pandailah mencari teman atau
pergaulan yang memiliki kepercayaan
tinggi.

Wardianto juga pasti pernah mendengar

istilah "Jika ingin kaya, bergaulah
dengan orang-orang kaya".

Maksudnya, bukan berarti kalau kita
tidak punya uang bisa bersandar pada
mereka dan pinjam uang! :-) Tapi tujuan

kita adalah bisa menyerap 'cara
berpikir' mereka yang bisa membuat
mereka menjadi kaya!


4. Tidak perlu terpengaruh pendapat
    orang lain

Kita seringkali terpengaruh dengan
pendapat orang lain. Sayangnya, tidak
semua pendapat itu benar. Pendapat atau
masukan dari luar boleh saja kita
tampung. Tugas kita adalah *mengolahnya*, 
sekaligus untuk evaluasi diri.

Jika ada pendapat yang justru membuat
Wardianto menjadi mundur dan tidak
berhasil, maka Wardianto perlu menolaknya,
tanpa perlu terpengaruh oleh pendapat
itu.

Singkat kata, hilangkan jauh-jauh rasa
minder dalam diri kita. Wardianto tidak
perlu resah dengan kekurangan yang ada.
Jika ada melakukan kesalahan, tinggal
perbaiki kesalahan yang Wardianto buat, dan
jadikan kesalahan itu sebagai pengalaman.

The last but not least... 
Selalu perkaya diri Wardianto dengan ilmu

Karena dengan memiliki banyak ilmu, 
otomatis kekurangan kita dalam hal lain bisa
tertutupi oleh kelebihan lain yang kita miliki!

Wardianto, begitu banyak orang yang tidak

menyadari 'sleeping giant' dalam
dirinya. Potensi dahsyat dan besar yang
acapkali diabaikan oleh alam pikirannya
sendiri, yaitu perasaan minder!

So, percaya dirilah Wardianto! Agar semua potensi

dahsyat yang Wardianto miliki *keluar* dan
tidak lagi terhambat! :-)

Sahabat ku

Dear Wardianto,

Kita adalah RAJA dari pikiran 
kita sendiri. 

Oleh sebab itu usahakanlah selalu 
berprasangka positif, dan hindari 
pikiran negatif. 

Sebagai 'raja' yang baik, kita 
harus mampu untuk slalu memilih 
respon positif, meski di tengah 
lingkungan paling buruk sekalipun!


Jangan pernah berkata atau merasa 
'aku gak layak..'  Bercita-citalah 
yang besar... berpikirlah maju! 

Kita tidak diciptakan untuk menjadi 
kalah, tapi diciptakan untuk 
memberikan kemenangan!
 :-)

Salam Luar Biasa dari sahabatmu,

Ahira
Asian Brain, CEO
http://www.AsianBrain.com
Internet Marketing Center

Minggu, 08 Mei 2011

KOLEKSI FOTO MUSKOM KAMMI II Batam 1 mei 2011